Federico Chiesa mengalami penurunan performa selama musim 2020/2021 di Juventus Meskipun ia direkrut dengan harapan tinggi, Chiesa hanya memulai 13 kali di liga dan tidak mampu tampil konsisten setelah awal yang menjanjikan.
Penurunan Performa Federico
Federico Chiesa memulai kariernya di Juventus dengan sangat gemilang, terutama pada musim debutnya 2020/2021. Di bawah arahan pelatih Andrea Pirlo, ia berhasil mencetak 14 gol dan memberikan 9 assist, serta berkontribusi pada kesuksesan Italia di UEFA Euro 2020 yang diikuti oleh penampilannya yang luar biasa di turnamen tersebut.
Saat itu, banyak yang memperkirakan bahwa ia akan menjadi salah satu bintang besar Juventus di masa depan, terutama setelah ditangani pelatih yang tepat.
Masalah besar mulai muncul ketika Chiesa mengalami cedera ligamen anterior (ACL) pada Januari 2022 saat bermain melawan Roma. Cedera serius ini membuatnya absen dari lapangan selama hampir 10 bulan, dan ketika ia kembali.
Performanya tidak kunjung membaik. Efek dari cedera ini sangat besar, karena pemain yang sempat dinyatakan sebagai pahlawan Euro 2020 kini kesulitan untuk menemukan ritme permainan dan kepercayaan diri yang dibutuhkan di tingkat tertinggi.
Setelah pemulihan, Chiesa kembali ke Juventus di bawah pelatih Massimiliano Allegri. Namun ia menemui kesulitan untuk beradaptasi dengan sistem permainan Allegri yang lebih pragmatis, termasuk formasi 3-5-2 yang tidak sesuai dengan gaya bermainnya yang lebih menyerang dan lincah di posisi sayap.
Hal ini mengakibatkan pengurangan kesempatan bermain untuk Chiesa, yang hanya menyelesaikan tujuh pertandingan penuh di seluruh musim.
Meskipun mengalami penurunan yang signifikan, usia Chiesa yang baru 26 tahun menunjukkan bahwa masih ada kesempatan untuk bangkit. Dalam pertandingan terbaru, ia menunjukkan bahwa ia masih memiliki kualitas tinggi dengan penampilan yang menjanjikan saat bermain melawan Roma. Di mana ia berkontribusi positif dan menciptakan peluang.
Musim mendatang akan sangat penting bagi Chiesa untuk membangun kembali karirnya dan menemukan kembali performa terbaiknya, terutama dengan Euro 2024 di depan mata.
Baca Juga: AS Roma Vs Olympiakos Tuntas 1-1 Dalam Laga Persahabatan
Tantangan Tim Juventus
Salah satu tantangan utama yang dihadapi Juventus pada musim 2020/2021 adalah ketidakstabilan manajerial. Setelah pengalaman kurang memuaskan di bawah Andrea Pirlo. Juventus mengalami pergantian pelatih selama beberapa tahun, yang menyebabkan gangguan dalam filosofi permainan dan dinamika tim. Seringnya perubahan pelatih membuat pemain kesulitan beradaptasi dengan taktik baru yang diterapkan.
Investasi dalam pemain muda seperti Federico Chiesa tidak membuahkan hasil yang diharapkan. Meskipun Chiesa menunjukkan potensi luar biasa, banyak pemain lainnya tidak mampu memberikan kontribusi yang signifikan. Yang berdampak pada performa tim secara keseluruhan. Musim tersebut menjadi krisis bagi banyak pemain, yang mengakibatkan konsistensi performa yang rendah.
Juventus juga menghadapi tantangan dari tim-tim lain yang semakin kompetitif di Serie A. Inter Milan, misalnya, berhasil merebut gelar juara setelah mengungguli Juventus. Tim-tim seperti AC Milan dan Napoli juga menunjukkan kekuatan, sehingga persaingan untuk posisi atas klasemen semakin ketat dan sulit bagi Juventus untuk kembali ke puncak.
Masalah finansial menjadi tantangan tambahan bagi Juventus. Klub ini melaporkan kerugian yang signifikan dan harus mengambil keputusan sulit terkait strategi transfer dan pengelolaan gaji pemain. Ini menciptakan kesulitan untuk mendatangkan pemain berkualitas tinggi yang dapat membantu tim kembali ke jalur kemenangan.
Cedera pemain juga menjadi faktor yang sangat mempengaruhi performa Juventus selama musim tersebut. Banyak pemain kunci seperti Federico Chiesa mengalami cedera parah, yang memaksa tim untuk beradaptasi tanpa mereka. Ketidakberuntungan ini berkontribusi pada penurunan kinerja tim dan kesulitan dalam mencapai tujuan musim tersebut.
Kesalahan Strategis Juventus
Juventus mengalami serangkaian pergantian pelatih yang cepat dalam beberapa musim terakhir. Pemecatan Massimiliano Allegri dan pengangkatan Andrea Pirlo, yang saat itu baru menjadi pelatih, menciptakan ketidakstabilan dalam filosofi permainan tim. Pergantian ini terjadi tanpa perencanaan yang matang, memaksa pemain untuk terus beradaptasi dengan taktik yang berbeda dan menyebabkan hilangnya konsistensi di lapangan.
Dalam beberapa tahun terakhir, Juventus melakukan banyak investasi dalam pemain muda, tetapi hasilnya tidak selalu memuaskan. Pembelian seperti Federico Chiesa dan Dejan Kulusevski diharapkan dapat membawa dampak besar, namun ketidakmampuan untuk mengintegrasikan mereka dalam sistem tim yang lebih besar membuat proyek ini tampak gagal. Keputusan untuk menjual beberapa pemain berpengalaman juga mengakibatkan kehilangan kualitas di dalam skuad.
Manajemen keuangan klub juga menjadi masalah utama. Juventus berinvestasi besar dalam gaji pemain bintang, tetapi tanpa disertai hasil yang efektif di lapangan. Ini menciptakan kesenjangan antara pengeluaran dan pendapatan, dan pada akhirnya berdampak pada keberlanjutan keuangan klub di masa mendatang. Kesulitan dalam menjual pemain dengan gaji tinggi ketika mereka tidak menunjukkan performa yang baik semakin memperparah situasi. Simak dan ikuti terus informasi sepak bola terbaru secara lengkap hanya di shotsgoal.com.